Lebaran di Yogya? Lihat Pameran Uang di BI

Gedung Heritage Eks De Javasche Bank di lingkungan kantor Bank Indonesia (BI) Yogyakarta mengadakan pameran uang dari zaman majapahit hingga sekarang, berlangsung 16 Agustus hingga 1 Oktober 2012. Tempo/MUH SYAIFULLAH
Gedung Heritage Eks De Javasche Bank di lingkungan kantor Bank Indonesia (BI) Yogyakarta mengadakan pameran uang dari zaman majapahit hingga sekarang, berlangsung 16 Agustus hingga 1 Oktober 2012. Tempo/MUH SYAIFULLAH

TEMPO.CO, Yogyakarta - Mau menikmati Lebaran di Yogyakarta? Ada kesempatan bagi yang ingin tahu banyak tentang sejarah uang. Uang sejak zaman kerajaan hingga uang yang berlaku sekarang dipamerkan di Gedung Heritage Eks De Javasche Bank di lingkungan kantor Bank Indonesia (BI) Yogyakarta. Pameran berlangsung 16 Agustus hingga 1 Oktober 2012.

Uang pada zaman Kerajaan Jenggala atau Kediri yang disebut mata uang Krishnala ada dalam deretan beberapa mata uang kerajaan lain. Mata uang berbahan baku emas itu hanya seperti batu kerikil sebesar ujung jari kelingking. Mata uang itu digunakan pada tahun 896-1158 masehi. 

"Pameran ini untuk mengisi masa liburan Lebaran dan menambah wawasan," kata Mahdi Mahmudy, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, usai pembukaan pameran, Kamis, 16 Agustus 2012.

Mata uang Kerajaan Majapahit, yang disebut gebog sedang, dengan bahan tembaga juga dipajang. Uang itu digunakan pada abad ke-12 hingga 16. Juga ada mata uang kerajaan Madoera yang dinamakan Real Batu berbahan perak pada tahun 1782. 

Selain uang kerajaan, juga dipamerkan mata uang zaman penjajahan, awal kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, hingga uang yang saat ini masih digunakan. 

Ada mata uang kertas dan logam yang emisinya pada tahun 1945. Juga ada seri uang yang bergambar Soekarno, seri bunga, seri burung, pekerja tangan, dan lain-lain. 

Pameran yang diberi nama "Uang Nusantara dan Bank Indonesia dalam Lintasan Masa" itu memang diniatkan untuk mengisi liburan Idul Fitri 1433 H dan sekaligus untuk memberi edukasi anak sekolah, mahasiswa, dan masyarakat umum terhadap sejarah uang. 

Pameran ini menambah tempat kunjungan wisata bagi warga yang sedang mudik Lebaran ke Yogyakarta. Sebab, letak gedung pameran berada di ujung Jalan Malioboro dan bersebelahan dengan Kantor Pos Besar Yogyakarta.

Selain itu, kata Mahdi, pameran ini untuk menyambut pelaksanaan Inter Central Bank Games (ICBG) ASEAN 2012. Obyek yang dipamerkan adalah mata uang Nusantara sejak zaman Majapahit, Mataram, Banten, Sriwijaya, ORI (Oweang Republik Indonesia), dan mata uang yang berlaku sekarang.

Selain itu, juga ada narasi sejarah perkembangan penggunaan mata uang di Nusantara, sejarah perkembangan peran, fungsi, dan tugas bank sentral (Bank Indonesia). 

Ia menambahkan, perkembangan uang tidak terlepas dari budaya, teknologi, dan perekonomian. Masyarakat sederhana menggunakan sistem barter, kemudian menggunakan uang yang terbuat dari emas atau perak dan kertas.

"Namun dalam perkembangannya, uang tidak dalam bentuk fisik yang disebut e-money," kata Mahdi.

Menurut M. Tazbir Abdullah, Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, pengunjung pameran tidak hanya bisa menikmati sejarah uang. Pengunjung juga bisa menikmati gedung tua itu. 

"Selain belajar soal sejarah uang dan mata rantainya, masyarakat juga bisa menikmati suasana gedung yang masuk dalam cagar budaya," kata dia. 

MUH SYAIFULLAH