Buka Puasa dengan Kurma Salak Bangkalan  

Kurma
Kurma

TEMPO.CO, Bangkalan--Rasulullah bersabda "Berbukalah dengan yang manis-manis". Di Zaman Nabi Muhammad yang manis tentulah kurma. Tapi di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, kurma tidak melulu dari arab karena ada kurma "lokal" yaitu kurma salak.

Bagi sebagian warga Bangkalan, kurma salak kini jadi menu alternatif untuk berbuka puasa. "Rasanya kayak kurma, tapi tetap kental rasa salaknya," kata Zainail Arifin, Warga Parseh, Kecamatan Socah, kepada Tempo, Minggu 29 Juli 2012.

Meski merupakan jajanan khas asal Bangkalan, Bagi Arifin kurma salak kurang familar di masyarakat Bangkalan sendiri. Kurma salak sudah ada sejak 2006, tapi Arifin baru tahu sekarang. Parahnya lagi untuk membeli panganan ini tak semudah membeli buah salaknya. "Kurma salak susah dicari, hanya tersedia di beberapa swalayan, itu pun terbatas," ujarnya.

Padahal, alumnus Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep ini melanjutkan, saudara atau temannya yang sudah mencicipi kurma salak langsung tertarik untuk membeli. "Banggalah atas kreativitas orang bangkalan mengolah salak," katanya lagi.

Tapi bagi Sahrul, warga Desa Kebunan, kecamatan Kamal, kurma salak tidak hanya nikmat buat berbuka, kurma salak bisa untuk nyari tambahan penghasilan dengan menjajakannya kepada penumpang kapal penyebrangan ujung kamal. "Rata-rata 30 bungkus perhari seharga Rp 10 ribu perkotak," katanya.

Sayang, kata Arul, produksi yang terbatas dan susah didapatnya kurma salak, membuatnya hanya dijadikan jajanan selingan. "Saya jualan tetap kopi, kalau kurma salak jualan juga," tuturnya.

Dari mana sebenarnya kurma salak ini? Desa Morkolak, Kecamatan Kramat adalah muasalnya. Sania, ketua kelompok tani Ambudi Makmur Desa Morkolak adalah penemu manisan kurma salak. "Ada juga kismis salak, bahan dasar buah salak yang kerdil, yang besar diolah jadi kurma," katanya saat ditemui Tempo.

Proses pembuatan kurma dan kismis salak sama. Sania menuturkan siapa pun bisa membuatnya karena sangat mudah. Pertama siapakan dua kilogram buah salak yang sudah dikupas. Bersihkan, kemudian rebus selama tiga jam. Setelah itu, campurkan satu kilogram gula pasar lalu aduk sampai merata hingga jadi adonan. Lalu masukkan dalam oven, beberapa menit kemudian jadilah kurma salak. "Silahkan saja dicoba," ujarnya.

Sania mengaku memang kurma salak belum terlalu familiar karena terkendala pemasaran. Orang yang ingin membeli, kebanyakan datang langsung ke Desa Morkolak. "Ke depan pemasaran akan kita benahi," pungkasnya.

MUSTHOFA BISRI